Rabu, 22 April 2009

avenged sevenfold

Huntington Beach, California rockers Avenged Sevenfold sedang imbalan atas mengingat bahwa kaidah. Setelah dua melepaskannya sangat sukses di album indie label (bunyi sangkakala yang ketujuh dan Waking The Fallen), yang diatur kwintet untuk melepas nya besar label debut, City of Evil, di Warner Bros Records. City Of Evil, co-diproduksi oleh Avenged Sevenfold, reunites grup dengan produsen Mudrock (Waking The Fall).

"Kami minta pada titik di mana sekarang kami telah datang ke dalam kita sendiri," ujar vokalis M. Shadows yang ambisius City of Evil, 11-an koleksi lagu yang memberi jari tengah kepada idea kategorisasi, mampu menjembatani sonik gitar serangan dari Iron Maiden dengan kecepatan yang fanatik Buruk Agama dan musicianship dari Dream Theater. "Dalam Southern California you're really bersumber punk di seluruh dunia. Pada saat yang sama, kami tumbuh dewasa mendengarkan Pantera, Megadeath, Metallica dan Slayer catatan, "Shadows recalls. "Jadi, maka anda berpikir, 'Saya ingin bermain di jenis band, tapi saya ingin bermain di band semacam ini.' Kemudian anda lulus itu dan tiba-tiba Anda hanya menulis musik dan keluar secara alami . Tapi apa yang terjadi menyebabkan semua kita mempunyai pengaruh yang berbeda. Dan kami pasti tidak takut untuk menempatkan sesuatu di lagu jika kita think it panggilan untuk itu. "

Ya, Avenged Sevenfold dapat rock, seperti band baru yang dijual di-out menunjukkan di Hollywood's Music Box Theater, di mana mereka berpaling intensitas yang baru tunes dari sekitar 11 ke 20, tetapi ini adalah musisi juga. Namun, sebagai kelompok dibuktikan selama berhubung dgn orkes jeda dalam "The Wicked Akhir", logam yang sempurna saat tinggal yang dilengkapi dengan paduan suara anak laki-laki dan 14 potong bagian string, Avenged Sevenfold, dalam tradisi Zeppelin, Queen, dan Guns' N ' roses "November Rain," Meld intensitas mereka dengan keberanian mereka musik hard rock forefathers akan bangga.

Terutama orang-orang cari untuk melepaskan obat pencahar hidup, karena begitu banyak anak-anak mereka moshing brains out at the Music Box itu, hanya perlu berbelok ke garang energi "Bat Country," lagu ditulis untuk Hunter S. Thompson tentang band ' s sendiri petualangan di Vegas, dan Maiden-esque guitar dan Shadows' kucing sempurna dari barisan "kota yang jahat" (di mana judul album berasal dari) dalam pembukaan "Beast & The pelacur."

Sementara Avenged, yang berkisar dari pengaruh Maiden, Pantera, dan Guns' N 'Roses (Shadows panggilan Anda Gunakan ilusi 1 dan 2 nya favorite album of all time) untuk Billy Joel, Queen, dan Elvis Costello, Anda mungkin tidak biasa keras band rock musically, dapat bergaul dengan mereka yang terbaik dari mereka. Epic malam akhir-akhir ini telah diikuti menyenangkan malam ini band di seluruh Indonesia, dan it's something seluruh anggota mengakui secara bebas. Mereka ingin pesta, dan mereka minuman, dan banyak. Selain itu, dan sesuai dengan gaya hidup mereka dipilih, anggota Avenged dapat menulis A7X setara dari Zagut panduan untuk strip klub di Amerika.

"Strippers dan band ini memiliki ikatan," ujar Vengeance. "Mereka melakukannya secara total. Band di jalan-jalan dan seperti perlakuan khusus, "Shadows menambahkan. Jadi, apa yang membuat a strip club? "Saya seperti strip klub yang berada di luar kontrol," ujarnya, Citing Vegas, New York dan New Orleans ( "It's fucking Bourbon Street. Ini lebih tergila-gila," ujarnya) sebagai tempat yang lebih baik dari beberapa segi mereka 've frequented.

Mencerminkan kepribadian walaupun rumit yang dapat membawa hard rock band untuk menjatuhkan yang indah Flamenco guitar solo di dekat bagian akhir dari album baru savage "tubrukan dr samping," Avenged Sevenfold masih jauh dari hanya pihak band, dan menunjukkan di Kota Tentu jahat. Album adalah letusan dengan menampilkan para ahli pemain alat musicianship, dari renyah tempo perubahan "Burn It Down" untuk tender akustik menjadi intro Spaghetti Western dicampur dengan gaya klasik yang menyediakan tenang sebelum badai di savage "Strength Of The World . "

Grup telah belajar banyak sekali yang menghabiskan tiga summers terakhir sebagai bagian dari Warped tour. Bayangan mendapat nasihat berharga dari Fat Mike dari NOFX, selain cara bermain Texas Hold 'Em. "He's like, 'You know what, jika Anda melakukan hal ini cukup lama, you gotta fucking have fun. Jika Anda tidak dapat bersenang-senang pada wisata maka anda tidak akan pernah terakhir, "Shadows recalls. "Saya pikir ini adalah hal yang sangat penting."

Sebagai tambahan, kwintet, yang dimulai pada Warped sisi panggung, lulus ke tahap kedua, dan kemudian menjadikan tahun terakhir pindah ke panggung utama, tempat mereka yang akan kembali ke tahun ini, banyak dipelajari oleh bertahap kemajuan. "Kami telah melihat band kami yang dimulai dengan yang mendapat sedikit kepala mulai dari awal atau istirahat dan mereka sudah selesai. Kami telah belajar jadi lebih tepat di atas tanah. Kami telah mendapat banyak cerita lebih dari band-band lainnya akan ada, maka banyak kali lebih baik, buruk kali. Ia telah membuat kita lebih kuat sebagai band too, "ujar Vengeance.

Kerja keras yang juga menyumbang band dari panas setia berikut, menurut Shadows. "Ini bermanfaat 'cause you know you have this really solid inti fan base yang telah melalui banyak dan mereka percaya pada band, sekarang lebih dari satu band, ini seperti gaya hidup," ujarnya. "Jika terjadi apa-apa kami tidak pernah jatuh, it's like they're holding kami atas. Kami tidak di radio, tetapi di mana-mana kita kita ini selalu ada sekelompok penggemar fanatik. Kita tidak pernah memiliki jika kita memiliki beberapa lucky break dan hanya melompat ke titik kami di sekarang. I hope it bertahap terus naik. Anda yang lambat lebih lanjut yang saya rasa ini dibangun di bawah Anda dan kami bersyukur untuk itu. Mereka tidak bisa mendapatkan dicabut dari bawah kami. Ada apa-apa anda dapat ambil untuk menarik; it's fans yang love that band. So, it's very gratifying harus di tempat ini sekarang. "

Dream Theater

Dream Theater

Web site resmi: http://www.dreamtheater.net
Discography: When Dream and Day Unite (1989), Images and Words (1992), Another Day (1992), Live At The Marquee (1993), Lie (1994), The Silent Man (1994), Awake (1994), A Change Of Seasons (1995), Hollow Years (1997), Falling Into Infinity (1997), Once In A LIVEtime (1998), Scenes From A Memory (1999), Through Her Eyes (2000), Live Scenes From New York (2001), Six Degrees Of Inner Turbulence (2002), Train Of Thought (2003).


Dream Theater merupakan salah satu band progressive rock baru yang banyak pengemarnya di Indonesia. Terus terang, saya agak memperlambat (delaying) penulisan group ini karena entah kenapa saya hanya suka beberapa lagu dari Dream Theater. Lagu-lagu yang saya suka ternyata yang lembut-lembut yang berasal dari album “Images and Words” seperti “Wait for Sleep”. Lagu-lagu yang lain terlalu keras, terlalu cadas, bagi saya. Ini memang pendapat aneh dari orang yang kadang-kadang mendengarkan lagu dari Kiss (meski sekarang sudah jarang sekali). Betul, saya kurang menyukai lagu dimana (double?) bass drum digeber dan penyanyi yang teriak-teriak. Not a prety picture and definitely not the sound that my ears would like to hear. Tapi, buku classic / progressive rock tanpa Dream Theater sangat tidak kredibel. Maka, ini dia Dream Theater.
Images And Words
Ini adalah album Dream Theater yang pertama kali saya miliki. Lagu yang pertama kali saya sukai dari album ini adalah lagu “Another Day”. Lagu ini dimulai dengan piano dan kemudian diikuti dengan gitar yang merupakan ciri-ciri progressive rock.
Lagu kedua yang saya sukai dari album ini, dan kemudian justru menjadi lagu yang paling saya sukai dari Dream Theater, adalah lagu “Wait for Sleep”. Lagu ini didominasi oleh piano, keyboard, dan vokal. Superb! Jika Genesis punya “Firth of Fifth,” ini setara dengan itu meskipun lagu ini sangat pendek. Liriknya pun luar biasa, meskipun interpretasi saya kok aneh. Saya membayangkan dua orang yang tergeletak menatap ke jendela luar atau langit-langit (ceiling). Sang gadis membayangkan kematian atau sebuah tragedi yang masih dia pertanyakan; “and pictures the chain she’s been trying to link again”. Soalnya ada kata-kata “ashes” (dalam bayangan saya ini hasil kremasi) atau “wings up in heaven”. Entah dia baru atau akan ditinggalkan oleh seseorang, atau justru dia (atau malah mereka berdua) yang menginginkan kematian. Tapi akhirnya sang lelaki justru mendapat ketenangan dangan adanya gadis tersebut, “palm of her hand to my head. Now, and forever curled in my heart and the heart of the world.”
Saran Lagu
• Another day
• Wait for sleep

klasic rock

In the beginning …

Saya yakin jika anda seorang penggemar classic rock, maka begitu membaca judul bagian ini anda akan tersenyum dan mengasosiasikannya dengan judul sebuah album. Hayo, album siapa? Betul! Ini adalah judul dari salah satu album Genesis. Tapi, saya tidak membahas tentang album tersebut pada bagian ini. Mungkin di bagian lain (jika ada waktu?). Pada bagian ini saya ingin menceritakan pengalaman saya berkenalan dengan classic rock. Tapi sebelumnya definisi dahulu …

Saya tidak dapat memberikan definisi yang tepat tentang jenis musik yang disebut classic rock, tapi inti utamanya adalah ada dua jenis musik di sana yaitu klasik dan rock. Musik dari classick rock memang keras karena rock namun melodinya memiliki sentuhan klasik (bahkan kadang-kadang memang menggunakan symphony sungguhan). Itulah sebabnya lagu dari classic rock cenderung untuk kompleks dan tidak monoton (seperti halnya musik klasik). Para artis dan musisi di dunia classic rock biasanya memang memiliki latar belakang klasik yang kental. Era tertinggi dari classic rock ini memang tidak lama, yaitu sekitar tahun 1970-an. (Jika anda dapat memberikan definisi yang lebih baik tentang classic rock atau sekedar ingin mengungkapkan pendapat silahkan kirim email ke saya.)

Seorang pembaca, Retnodi, mengirimkan informasi bahwa definisi dari “progressive rock” dapat menggunakan definisi dari Matthew A Rink, "What Is Progressive Music" yang ada di situs http://www.prog.web.com. Daripada mendefinisikan kata “progressive”, Matthew lebih suka menjabarkan ciri-ciri progressive rock, yaitu

1. Longer songs

2. Time changes

3. More complex instrumentation / superior vocals

4. More complex conceptual ideas / hieghtened lyrical content

"Progressive rock was what happened in the early 70's when certain brilliant instrumentalists got fed up with playing three-and-a-half minute long songs about teenage love. Unfortunately, this led them to start playing ten-and-a-half minute long songs about nothing in particular."

- Geoff Nicholson, Big Noises: Rock Guitar in the 1990's

Dalam tulisan ini saya menyamakan classic rock, progressive rock, dan art rock. Ada seorang pembaca yang protes bahwa ketiganya tidak sama. Mungkin secara definisi benar juga bahwa mereka berbeda. Tapi saya akan tetap menggunakan istilah classic rock ini untuk ketiga hal tersebut. Jadi maksud dari tulisan ini adalah menyoroti jenis musik seperti kesemuanya itu. Judulnya nanti jadi kepanjangan jika saya tuliskan semuanya.
Psychedelic

Kalau dilihat dari sejarahnya, memang pada (pertengahan?) tahun 1960-an muncul musik yang beraliran “Psychedelic”. Aliran ini muncul di Inggris[1] dari kultur hippies yang senang bereksperimen dengan narkoba yang menghasilkan halusinasi, seperti LSD dan heroin. Ciri-ciri dari musik jenis ini adalah lagunya yang panjang-panjang dan tema musik yang melayang-layang, warna-warni (oranye, pink, merah). Hal ini terkait dengan narkoba yang mereka gunakan[2]. Artis atau band yang termasuk jenis ini adalah Pink Floyd, Soft Machine. Beberapa group musik yang terkenal kala itu, seperti the Beatles, juga memasukkan unsur psychedelic dalam albumnya, seperti dalam album “Sgt. Pepers’s Lonely Hearts Club Band”. Di Amerika Serikat, hal yang sama juga terjadi. Adanya generasi flower power, peace, Mr. Groovy(?), sharring (house, dope, dan lain-lain). Musisi yang terkenal dari Amerika pada gelombang ini adalah Grateful Dead (Jerry Garcia dan kawan-kawan), Jefferson Airplane[3]. Jika anda memiliki daftar musisi yang lebih lengkap untuk perioda ini, kirimkan ke saya.

Dari psychedelic rock, muncul gabungan musik klasik dengan rock yang kemudian disebuh progressive rock, art rock, classic rock Jika disebutkan classic, apakah ada unsur musik klasiknya? Jawabannya ada.

Selain itu, memang musik-musik rock juga mulai dibawakan secara kolosal oleh London Symphony Orchestra. Gambar di samping ini menunjukkan salah satu cover album “Classic Rock” dari London Symphony Orchestra tersebut. Contoh lagu yang dibawakan antara lain: “Stairway To Heaven,” “Ruby Tuesday,” “Another Brick In The Wall,” dan masih banyak lainnya.

Nah, sekarang kembali ke “pada mulanya …”, yaitu perkenalan saya dengan classic rock.
Pada mulanya …

Sebagai seorang yang dilahirkan di tahun 1962, saya besar di tahun 70-an dan 80-an. Kebetulan saya besar di Bandung dan dikelilingi oleh saudara-saudara (oom) yang saat itu menjadi mahasiswa (ITB dan UNPAD). Saudara-saudara inilah yang memperkenalkan classic rock secara tidak langsung, yaitu dengan memutar lagu-lagu mereka. Tentunya sebagai seorang siswa SMP, saya tidak begitu saja menyukai lagu-lagu yang aneh-aneh, dengan nama band yang aneh-aneh mulai dari Genesis, Yes, Pink Floyd, Kansas, sampai ke Gong, Ravi Shankar, dan masih banyak nama-nama lainnya. Tentunya selain band-band tersebut ada juga group musik yang lagunya lebih mudah dicerna seperti Beatles, Chicago, Electric Light Orchestra atau ELO (yang ini benar-benar classic rock), Led Zeppelin, Rolling Stones, Queen, Scorpion, Styx, Toto, Uriah Heep, dan seterusnya[4]. Suka karena biasa, demikian kata sebuah pepatah. Lama kelamaan, saya menjadi suka dengan group-group band tersebut. Bahkan, akhirnya classic rock melekat dalam diri saya sampai hafal lirik dan melodi (yang kadang-kadang kompleks).

Jaman tahun segitu, CD belum muncul. Piringan hitam (records) di Indonesia tidak populer dan mahal. Satu-satunya media yang umum digunakan adalah kaset. Industri rekaman kaset musik Barat pada waktu itu lebih banyak didominasi oleh kaset bajakan, karena masih belum tahu masalah intellectural property, royality, dan sebagainya. Brand kaset yang paling banyak memproduksi jenis musik rock adalah “YESS” yang berpusat di Bandung. (Kemana ya usaha kaset ini, atau orang-orang yang dulu berada di usaha ini?) Saya yakin anda mengenal logo kaset yang diproduksi oleh YESS ini. Biasanya warna dari cover kaset tersebut biru degradasi atau hijau degradasi.

Selain YESS ada juga label Monalisa dan Apple. Tentunya label “apple” ini bukan label Apple yang milik The Beatles. Ini label buatan Indonesia sendiri.

Gambar di samping menunjukkan contoh cover kaset rekaman Monalisa. Kebetulan gambar tersebut merupakan hasil scan koleksi kaset yang saya miliki, yaitu album Pink Floyd yang berjudul “A Nice Pair”. Kalau diperhatikan lebih teliti lagi, gambar dari cover kaset tersebut sudah menguning dan ada bagian yang cacat (di bagian bawah) karena dia terbuat dari “afdrukan” foto biasa yang ditempelkan pada kertas karton. Gambar tersebut agak lengket ke cover kaset yang terbuat dari plastik. Masih untung saya bisa memisahkan cover kaset tersebut dengan wadah plastiknya. Kalau tidak, lihat contoh di bawah. Kualitas rekaman Monalisa biasanya masih agak kalah dibandingkan kualitas rekaman Yess. Pilihan kasetnya juga kalah banyak.Tapi, lumayanlah.

Gambar di samping menunjukkan contoh cover kaset rekaman Apple. Kebetulan gambar ini hasil scan album Kiss yang saya miliki. (Ya, selain menyukai classic rock, saya juga penggemar hard rock pada masa itu. Weird taste! Jadi di koleksi kaset saya ada banyak kaset dari Kiss.) Perhatikan bagian tengah yang sudah tidak ada gambarnya karena fotonya sudah rusak sehingga lengket ke plastik cover dari kaset ini. Berbeda dengan contoh cover Monalisa di atas yang masih berhasil saya angkat. Maklum kaset ini sudah berusia lebih dari 20 tahun!

Kesemua rekaman di atas (Yes, Monalisa, dan Apple) tentunya membajak rekaman. Waktu itu yang namanya intellectual property (HaKI) belum terkenal di Indonesia. Mungkin pangsa pasar di Indonesia waktu itu sangat kecil sehingga masih bisa diabaikan oleh produser di luar negeri.

Pada masa itu, ketika SMP, saya sempat menjadi freelancer untuk majalah “Top Chords”. Tugas saya adalah melaporkan tangga lagu barat di radio-radio di Bandung dan sekitarnya. Karena “pekerjaan” ini saya jadi ikut memperhatikan tangga lagu di tempat lain seperti misalnya America Top 40, Billboard dan seterusnya. Jadinya terekspos kepada musik pop juga.

Tidak hanya pemusik Barat saja, pemusik Indonesia pun memiliki kebolehan dalam membuat karya-karya klasik mereka. Beberapa album yang saya sukai antara album dari kelompok WOW, Gang Pegangsaan (Keenan Nasution dan kawan-kawan). Selain itu ada juga band yang memainkan lagu-lagu Genesis, seperti misalnya band Cockpit. Ketika menjadi mahasiswa di ITB, saya sempat ngebelain pergi ke Jakarta untuk nonton band Cockpit ini.

Bagi saya, yang menarik dari classic rock adalah aransemen musiknya yang tidak monoton dan liriknya yang sangat mendalam. Lagu jenis ini bisa diulang-ulang bertahun-tahun tanpa bisa bosan. Tentu saja ini pendapat yang sangat subyektif. Nampaknya (lebih?) banyak orang yang kurang dapat mengapresiasi lagu-lagu classic rock yang memiliki aransemen panjang (8 menit atau lebih!). Lagu “Cinema Show” dari Genesis, misalnya panjangnya 12 menit 40 detik. Namun tidak jemu untuk didengarkan. Umumnya aransemennya didominasi dengan aransemen keyboard dan gitar yang saling mendukung satu sama lainnya. Instrumen musiknya pun juga masih banyak yang menggunakan synthesizer / keyboard analog (Moog, Prophet, Hammond). Wah… barang langka. Dinosaurus.

Lirik lagu-lagu classic rock biasanya memiliki cerita yang mendalam. Kadang-kadang ceritanya sentimentil (melankolis), puitis, atau memiliki kritik sosial yang mendalam. (Tapi jenis musik lain pun juga memiliki lirik yang bagus, protes seorang pembaca. Betul juga sih.) Nanti akan kita bahas satu persatu secara detail.

Selain classic rock, sebetulnya saya juga menggemari musik-musik jenis lain. Tapi mungkin selera saya agak aneh karena saya pun menyukai hard rock semacam yang disajikan oleh group band Kiss. Bahkan waktu sekolah di Canada, saya menyempatkan diri nonton show Kiss. Mungkin tidak semua orang bisa mengapresiasi group hinggar binggar seperti ini. Juga saya menyukai musik jenis jazz yang memiliki nuansa rock (fussion?) seperti Bob James, Lee Ritenour, Casiopea, Sypro Gyra, dan sejenisnya. Yah sudahlah. Aneh sedikit tidak mengapa kan?

Sampai sekarang saya masih memiliki banyak koleksi kaset dari jaman kecil dahulu. Sayangnya, banyak kaset yang sudah bulukan, berjamur, atau suaranya sudah “mendhem” karena terlalu banyak diputar. Di jaman sekarang yang serba digital, seharusnya lebih mudah untuk menyimpan koleksi tersebut dalam bentuk CD (audio) maupun MP3. Sayangnya, sangat sulit menemukan sumber album yang memiliki kondisi prima. Toko musik pun tidak ada yang punya lagi. Bagaimana kalau kita buat suatu inisiatif untuk menemukan kembali lagu-lagu lama dan mengkonversikannya dalam format digital? Ada yang tertarik? Demikian pula saya tertarik untuk mengkoleksi gambar cover dari musik-musik ini.

Group musik baru yang memiliki aliran classic rock pun sebentulnya ada. Namun mereka sangat sulit ditemukan karena kebanyakan group rock sekarang “terlalu keras” musiknya. Atau, kalau ada, terkenal, kemudian bubar. Atau, musisinya berganti sehingga berganti selera. Terakhir saya suka dengan group Marillion. Namun ketika sang vokalis, Fish, keluar saya menjadi tidak tertarik lagi karena lagunya menjadi hambar. (Meski pada akhirnya ada beberapa lagu yang dibawakan oleh Hogarth, vokalis penggantinya, yang ok juga.) Demikian pula dengan band Dream Theater. Jika lagunya tidak sedang lembut, musiknya terlalu keras.

Apakah ada group baru (yang masih aktif) yang memiliki aliran classic rock? Ada, tapi kaset atau Cdnya sulit diperoleh di Indonesia. Sebagai contoh, ada group The Flower Kings (TFK)[5] dan Citizen Cain yang terus mengusung obor classic rock ini. Saya sendiri baru memiliki dua CD The Flower Kings dan satu CD Citizen Cain. Selain itu saya juga baru berhasil mendownload beberapa lagu mereka dari Internet.

Satu hal yang membuat orang senang tinggal di Indonesia adalah adanya CD bajakan. (Soal baik atau buruknya bajakan bukan menjadi bahasan dari tulisan ini. Jadi tidak saya bahas. Itu harus menjadi satu buku tersendiri.) Tidak terlalu banyak CD bajakan untuk jenis musik yang agak “aneh” di masa ini karena kebanyakan penggemar musik ini tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk membeli CD asli. Namun VCD dan DVD sangat membantu bagi para penggemar karena jarang sekali ditemukan VCD atau DVD classic rock yang asli. Saat ini mulai banyak beredar VCD / DVD musik classic / progressive rock seperti antara lain: Peter Gabriel, Genesis, Pink Floyd (bahkan ada beberapa DVD Pink Floyd ini), Rush (VCD lama yang nampaknya diambil dari video, termasuk VCD pelajaran drum dari Neal Peart), dan masih banyak lainnya.

VCD dan DVD ini sangat membantu dalam memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai sebuah lagu atau latar belakang terbentuknya band. Dalam DVD live show biasanya sering ditambahkan wawancara atau footage mengenai lagu-lagu yang mereka bawakan. Informasi ini kemudian saya bisa tambahkan dalam buku ini.

Selain DVD live show dari berbagai band, saat buku ini ditulis muncul film “School Rock” yang lucu. Film ini menceritakan seorang musisi yang kemudian terpaksa menjadi guru pengganti di sebuah sekolah anak-anak. Kemudian dia menemukan bahwa anak-anak tersebut memiliki bakat musik namun tidak mengerti musik rock. Maka dia ajarkan musik rock; ada “rock history”, “rock appreciation and theory”. Apakah memang ada topik itu? Atau ini hanya ngarang-ngarang saja? Tapi mungkin ada benarnya juga. Buku ini juga bisa menjadi bahan dari pelajaran “rock history”.

[1] Apakah ini penyebab artis untuk aliran jenis ini lebih banyak dari Inggris? Kelihatannya band-band bagus lebih banyak muncul di Inggris. Apakah memang classic rock ini didominasi group Eropa? Entahlah.

[2] Ini hanya sekedar sejarah. Bukan berarti anda harus menggunakan narkoba untuk mengapresiasi jenis musik ini. Memang banyak musisi pada masa itu yang terjerumus ke narkoba. Saya pernah tanyakan kepada seorang kawan yang menggunakan narkoba, mengapa dia menggunakannya. Katanya supaya bisa lebih mengapresiasi dan lebih sensitif terhadap melodi. Saya nggak sepakat. I don’t buy it. Perlu diingat kala itu konteks situasi terkait dengan kegusaran anak muda terhadap pemerintah Amerika yang memutuskan untuk ikut perang di Vietnam.

[3] Sumber informasi: tulisan Tom Malik tom_malik@hotpop.com, Sangkakala, yang dipublikasikan di berbagai milis seperti milis dan

[4] Masih banyak nama band lain. Saya ingin sekali menuliskan semuanya, tapi nantinya buku ini hanya menjadi koleksi nama saja, a soup of alphabet. Bagaimana? Tuliskan semuanya? Siapa tahu nama-nama tersebut mengembalikan kembali kenangan lama (yang mudah-mudahan indah).

[5] www.theflowerkings.com atau www.flower-power.com


Camel

Web site: http://www.camelproductions.com/

Discography: Camel (1973), Mirage (1974), The Snow Goose (1975), Moonmadness (1976), Rain Dances (1977), Breathless (1978), A Live Record (1978), I Can See Your House from Here (1979), Nude (1981), The Single Factor (1982), Pressure Points - Live in Concert (1984), Stationary Traveller (1984), Dust and Dreams (1991), Never Let Go (1993), Harbour of Tears (1996), Rajaz (1999), Coming of Age (live) (1999), A Nod And A Wink (2002).

Sumber info: http://www.nationmaster.com/encyclopedia/Camel-(band), Camel Discography http://www.kneeling.co.uk/pages/camel/ (banyak gambar-gambarnya)

Band ini tidak begitu terkenal secara komersial di Indonesia akan tetapi banyak diterbitkan kasetnya oleh label Yess. Saya menjadi penggemar mereka sejak dari awal dan mengkoleksi kaset mereka secara rutin. Tapi band ini tidak pernah menjadi bahan pembicaraan dengan rekan-rekan. Ini menjadi sebuah well kept secret! Musik mereka kebanyakan adalah instrumental, tidak keras (dalam artian hard rock cadas), melodious (entah apa istilah yang tepatnya, ini istilah karangan saya sendiri yang maksudnya memiliki melodi yang enak). Paling enak kalau mendengarkan musik mereka pada malam hari yang sunyi. Alunan gitar, keyboard, flute atau saxophone, sungguh luar biasa.

Secara pribadi, yang paling saya suka dari Camel adalah melodi gitarnya yang kemudian disaingi dengan synthesizer atau piano. Contohnya adalah di lagu Camelogue, Echoes.

Seperti dilihat dalam daftar discography, mereka menghasilkan cukup banyak album. Raindances merupakan album kesukaan saya dari koleksi album-album mereka. Di Internet, koleksi lagu MP3 dari Camel muncul dalam bentuk full album, bukan per lagu. Jadi ukurannya cukup besar-besar. Aneh juga full album? Mungkin karena untuk menikmati lagu dari Camel harus habis satu album dan tidak bisa dipotong-potong per lagu? Saya sendiri biasanya memainkan satu-satu lagu, tidak secara keseluruhan. Ada beberapa album mereka yang bisa didownload dari Internet. (Ini nampaknya bukan download resmi.)

Sejarhanya, Camel merupakan band Inggris yang dibentuk pada tahun 1971 dengan komposisi empat orang, Andy Latimer (guitar, vocals, flute, recorder), Andy Ward (drums), Peter Bardens (keyboards), Doug Ferguson (bass). Sebelumnya, masing-masing personel memiliki sejarah sendiri-sendiri.

Secara resmi Camel dibentuk ketika Peter Bardens bergabung ke band yang bernama The Brew yang anggotanya adalah ketiga orang lain tersebut. Nama band mereka kemudian diganti menjadi Camel. Di tahun 1976, Mel Collins (sax) bergabung menjadikan mereka berlima. Musik mereka yang ditandai dengan album Moonmadness berubah dengan adanya suara sax dan keluarnya Doug Ferguson di tahun 1977.

Cerita lainnya cukup panjang. Namun pada tahun 2003 mereka melakukan farewell tour dan setelah itu nampaknya tidak ada lagi Camel yang baru. Sangat disayangkan. Tour ini akan didokumentasikan di DVD. Saya berharap bisa mendapatkannya.
Saran Lagu

Lagu-lagu yang disarankan untuk didengarkan jika ingin memulai Camel adalah:

· Camelogue

· Air Borne

· Echoes

Selasa, 21 April 2009

System Of A Down


System Of A Down

System of A Down (SOAD) adalah sebuah band beraliran metal dari Amerika. Meskipun basic musik SOAD adalah metal tapi didalam lagu2 mereka sangat bervariasi Gaya musik System Of A Down sebenarnya agak-agak sama kaya band metal lain di era akhir 90-an. Cirinya adalah punya gaya perpaduan antara underground thrash metal dan musik alternative rockers. Untungnya gaya neo-gothic alternative metalnya System Of A Down berhasil diterima orang banyak dengan campuran ska, punk, ballads, hingga musik timur tengah. Musik SOAD sangat original dan banyak pengamat musik mengatakan SOAD telah menciptakan aliran musik sendiri yang sangat unik, keras, tapi enak didengar.

SOAD terdiri dari 4 personil, keempat personelnya berasal dari Armenia, tapi mereka tinggal di Amerika. Serj Tankian (vokal, keyboard), Daron Malakian (gitar, vokal), John Dolmayan (drum), dan Shavo Odadjian (bass). Band ini sebelumnya bernama SOIL, dan berubah nama menjadi SOAD setelah John masuk menggantikan drummer sebelumnya.


Vokalis Serj Tankian, gitaris Daron Malakian, basis Shavo Odadjian, dan drummer John Dolmayan ngebentuk System of a Down wilayah selatan California di pertengahan tahun 90-an. Ketenaran mereka lewat promosi word of mouth rupanya cukup memberikan mereka bekal untuk ngegaet Columbia Records. Di tahun 1998 mereka ngeluarin album perdana dan langsung pasang aksi dengan ikutan tur Slayer dan Ozzfest. Gara-gara tur itu jugalah System Of A Down akhirnya berhasil ngedapetin predikat Gold

Lagu-lagu mereka trutama terkenal selain gayanya yang inovatif, dengan sentuhan musik Armenia. Selain itu isinya juga berisikan ide, pandangan-pandangan,dan apa yang mereka rasakan. Serj Tankian sebagai anggota yang cukup menonjol, memaparkan ide-ide politiknya dalam lagu-lagu SOAD. Mulai dari kampanye rekonisi terhadap Genocides Armenia oleh pemerintah Turki yang terus mereka usung, hingga masalah sosial-politik seperti konsumerisme, perang, globalisasi, lingkungan, dan Kekerasan. Selain itu, mereka menulis lagu tentang perubahan atau transformasi pemikiran mereka.

Kompas pernah menulis article tentang band ini dengan judul "Band Keras Anti Kekerasan". Pemikiran Serj cukup di pengaruhi oleh pengamat politik kiri AS Noam Chomsky. Serj Tankian bersama Tom Morello mantan gitaris Rage Against The Machine mendirikan LSM Politik dengan nama Axis of Justice (nama LSM ini merupakan plesetan sarkastis dari salah satu pidato Presiden AS yang menyebut 3 negara sebagai Axis of Evil).

SYSTEM OF A DOWN di tangan Produser Rick Rubin berhasil keluar dan menunjukkan dirinya ke dunia. SYSTEM OF A DOWN bukan band yang dibentuk karena industri. Mereka berempat emang dari asalnya udah begitu jadinya, liar dan sangar, terus ngebentuk band yang menghipnotis dunia lewat gayanya. Natural banget musiknya mengalir tanpa dibentuk-bentuk dan dituntut oleh kemauan pasar. Justru SYSTEM OF A DOWN berhasil membuat pasar menyukai bahkan menggilai musiknya.

Bahkan lewat cengkok Armenia-nya itu menjadikan SYSTEM OF A DOWN sebagai band yang tanpa tandingannya. Malah sukses banget di Amrik yang terkenal rasis berat. Di album Mezmerize, Rick Rubin memperhatikan detil-detil kelebihan masing-masing dari diri SERJ TANKIAN (Vokal), SHAVO ODADJIAN (Bass), DARON MALAKIAN (Gitar) dan JOHN DOLMAYAN (Drums) sehingga membentuk orkestrasi maha dahsyat lewat lagu-lagu yang tercipta

Lagu-lagu SOAD, kebanyakan diciptakan oleh Daron dan Serj, banyak mengusung masalah sosial, politik, dan kelestarian lingkungan. SOAD adalah salah satu band di Amerika yang paling vokal menentang invasi pasukan Amerika ke Irak dan Afghanistan. Bahkan SOAD membuat banyak lagu yang isinya memprotes keras pemerintahan Amerika pimpinan George Bush seperti lagu War, Chop Suey!, Soldier Side, Boom!!, BYOB, dll. Video Klip Boom dan BYOB menjadi video metal terbaik di MTV musik awards 2004 dan 2005. BYOB (Bring Your Own Bomb) sangat jelas mengkritik Pemerintah Amerika (dan sekutunya) yg tidak berhenti membunuh orang tak berdosa di timur tengah.
dan sangat jelas menyindir George Bush yang menggunakan nyawa para tentara Amerika demi kepentingan negara

SOAD merilis album pertama, self titled, pada tahun 1999. Lagu-lagu yang membuat SOAD mulai dikenal di amerika antara lain "War" (secara tegas menolak segala bentuk peperangan), "Sugar"(menjadi soundtrack beberapa game di Amrik), "Suite-Pee" (lagu yg kontroversial karena berbau SARA), dan "Spider". Cover album pertama adalah telapak tangan Serj yang seolah minta pertolongan.

Album kedua berjudul "Toxicity" dirilis 2001. Album inilah yang membuat SOAD dikenal luas di seluruh dunia. Single "Chop-Suey!" sangat terkenal di kalangan penggemar musik, video klipnya diputar hampir setiap hari di MTV. Beberapa Kalangan memprotes lagu ini karena sedikit menyindir tradegi World Trade Center. Lagu lain yang dijadikan video klip adalah "Toxicity" dan "Aerials". Salah satu kalimat di lagu "Aerials" : "Life is a waterfall, we're one in the river and one again after the fall. Aerials, in the sky, when you lose small mind you free your eyes". Lagu lain adalah "ATWA" yang mengajak manusia menyelamatkan Air, Trees, Water and Animals. Cover album ini adalah tulisan System of A Down di bukit Hollywood.

Album ketiga berjudul "Steal This Album". Cover album ini cukup unik karena hanya ada tulisan "Steal This Album!!", didalam albumnya tidak ada lirik ataupun foto-foto. Album ini dirilis pada 2003 menanggapi pembajakan lagu-lagu mereka di internet. SOAD bukannya marah, justru menambahkan lagu2 baru dari album terbarunya ke website tersebut!!! Lagu "Boom!!" sempat menghebohkan Amerika dengan lirik dan lagunya yang menghujat George Bush.

Album keempat dan kelima dibuat berseri. Album "Mesmerize" keluar pada awal 2005, sedang "Hypnotize" dirilis akhir 2005. Covernyapun mirip, berupa gambar imajinasi yang dibuat oleh ayah Daron. Lagu yang paling terkenal dari 2 album ini adalah "BYOB" atau Bring Your Own Bomb. Lagu ini mengkritik pemerintah Amerika yang mengirim tentara ke Irak dan menyebabkan ribuan tentara AS mati. Video Klip "BYOB" menjadi the best metal video di MTV Music Awards 2005. Lagu lain adalah "Lonely Day", "Soldier Side", Lost in Hollywood", "Cigaro", "Question" dan "This Cocaine make me feel i'm on this song".

isi album Hypnotize ini bakal berisikan 12 lagu dan juga beberapa karya seni/artwork dari Vartan Malakian, ayah dari gitaris SOAD Daron Malakian.Cover albumnya bakal di-desain untuk menjadi pasangan yang tepat buat cover album sebelumnya, Mezmerize. Menjadikan kedua album ini sebuah karya seni yang saling berhubungan. Hubungan antara dua album ini juga kerasa di cuplikan-cuplikan behind-the-scenes yang memperlihatkan proses pembuatan album ini. Kedua album ini, Mezmerize dan Hypnotize bakal terhubung secara musik dalam lagu Soldier Side Intro yang jadi lagu pembuka album Mesmerize dan Soldier Side yang jadi lagu terakhir di album Hypnotize. album ini menyuguhkan irama rock bertegangan tinggi. Simak saja unggulan dari album ini yang bertitel Hypnotize berhasil menyihir telinga kita dengan raungan-raungan gitar yang cadas namun irama yang masih catchy. Album sebelumnya yang bertitel MEZMERIZE sukses dipasaran. Buktinya single BYOB dan Question bertahan terus di #1 di 12 negara dan ini menjadikan SYSTEM OF A DOWN sebagai ‘the most innovative rock band’ versi majalah rock kelas dunia, Kerrang!.

Shavo Odadjian sepertinya bakal jadi sutradara lagi. buat video klip album Hypnotize. Bangku sutradara sudah dapat dipastikan bakal diisi oleh sang basis. Hmm we can't wait for the result. Video klip yang akan dishoot di Van Andel Arena ( Grand Rapids, Michigan) ini sebenarnya merupakan proyek kedua Shavo setelah dia juga menyutradarai video klip untuk lagu "Question!". "Ini bakal jadi konsep video yang benar-benar live. Sebelumnya memang pernah kita main dan ada beberapa fans yang ikut di shoot, tapi kalau main di arena besar dimana suasananya sudah kaya konser, baru sekarang ini.

setelah ngegelar tur keliling Eropa, dan melakukan tur grilya di 9 kota Amerika. Salah satunya adalah penampilan mereka di California.
Tepatnya di Long Beach Arena, California, SOAD menghadirkan pertunjukan yang benar-benar rock & roll. Konser yang sold-out ini dibuka oleh Mars Volta yang punya penampilan gitar spektakuler, dan permainan visual yang manis dari proyektor. Bahkan ada yang bilang penampilan Mars Volta lebih berkesan lantaran lebih mengutamakan visual dan penampilan duet gitaris Omar Rodriguez-Lopez dan pentolan SOAD Serj Tankian nampaknya jadi daya tarik tersendiri, belum lagi gitaris Red Hot Chili Peppers, John Frusciante, yang secara mengejutkan ikutan jamming bareng Mars Volta.

Waktu SOAD manggung, uda bisa ditebak dong lagu-lagu apa yang bakal dikumandangkan? Udah pasti lagu jagoan macam "B.Y.O.B." dan "Revenga" dikeluarin. Tapi rupanya System ga ngelupain nomer-nomer lama karena mereka juga ngambil beberapa lagu dari album debut mereka dan album Toxicity. Berbeda 180 derajat dengan penampilan band pembukanya, penampilan SOAD minim kelengkapan visual dan panggung dibiarin kosong gitu aja (cuma ada deretan ampli yang keliatan).

Penampilan yang ‘minimalis’ ini sepertinya emang disengaja, karena niat SOAD dari awal adalah menampilkan pertunjukan yang cuma rock music (tanpa embel-embel lain). Dan sepertinya pesan ini bisa ditangkep dengan cepat oleh fansnya karena pas mereka ngebawain "Chop Suey!" bendera kebangsaan Armenian langsung mewarnai lautan penonton dan penggemarnya langsung sibuk ngebuat mosh pits.

Untungnya gara-gara set yang minimalis tadi, SOAD bisa bener-bener ngebuat fansnya konsentrasi total sama lagu-lagu yang dibawain. Lagu-lagu dari album Mezmerize bener-bener jadi highlight malam itu, terutama pas grup ini ngebawain versi lagu "Cigaro" dengan akustik gitar dan mainin lagunya dengan versi yang menjurus ke klasik. Fansnya langsung nyalain lighter dan ngacungin tangan ke atas, yang ngga punya lighter nggak mau kalah dengan ngangkat hp mereka ke atas.


Serj Tankian, vokalisnya System of a Down ternyata sangat peduli dengan genocide. Genocide ini adalah pemusnahan etnik, agama atau kelompok lain, contoh yang paling terkenal sih genocide terhadap kaum Yahudi sebanyak 6 juta orang selama perang dunia ke-II. Kenapa Serj Tankian ngotot mendukung perealisasian undang-undang ini?
Pada saat teman-teman sebandnya lagi sibuk persiapan untuk shooting video klip terbaru nya System of a Down, Serj Tankian, sang vokalis malah ngikut demo di Chicago. Serj Tankian ternyata udah ngebuat janji pada kakeknya yang berusia 97 tahun yang merupakan orang Armenia, kalau ia bakal berusaha sebaik mungkin untuk meyakinkan anggota kongres, Dennis Hastert untuk merealisasikan Armenian Genocide Resolution. Perjuangan Tankian untuk membuat resolusi ini diakui sudah dimulai sejak tahun 2000.

Tankian bergabung dengan anggota dari Armenian National Committee of America, Armenian Youth Federation dan organisasinya yang bernama Axis of Justice dalam sebuah demo besar-besaran untuk memberlakukan resolusi yang nantinya akan mengakui peristiwa pembantaian sekitar 1,5 juta warga Armenia sejak tahun 1915 hingga 1923. "Semua ada di tangan Dennis Hastert," Tankian juga menambahkan kalau, "Gue yakin banget kalau ini semua emang perlu lobi ke pihak pemerintahan Bush

Daron Malakian yang lahir di Hollywood California 18 juli 1975 ini Saat masih berusia 6 tahun sudah mendengarkan album-album dari nama-nama besar seperti Van Halen, Iron Maiden, Judas Priest, Motley Crue, Ozzy Osbourne. Namun 6 tahun kemudian ia mulai merasa sreg setelah mendengar musik-musik trash dari band-band seperti Slayer. Dari sini kemudian Daron mulai banyak bermain musik-musik beraliran Metal. Kemudian pada saat berusia 17 tahun ia mulai banyak mendengarkan musik-musik The Beatles. John Lennon menjadi influence terbesarnya dalam menulis lagu. Jika anda menyimak lirik-lirik lagu System Of a Down, semuanya merupakan lirik-lirik bertema sosial, perang, dan kritik terhadap pemerintah.

Beberapa saat kemudian Daron bertemu dengan Serj Tankian dan akhirnya sepakat membentuk band bersama-sama. Kemudian bergabunglah Shavo Odadjian pada bass dan John Dolmayan pada drum. Mereka pun menamai band mereka System Of a Down (SoaD). Band ini mulai menyita perhatian publik Los Angeles. Meski masih menjadi band lokal pun ternyata jumlah fans fanatiknya bisa dibilang sangat besar. Akhirnya pada tahun 1997, produser Rick Rubin mengambil alih SoaD. Setahun kemudian SoaD merilis album perdananya dan mulai menjadi artis pembuka untuk Slayer dan hajatan musik Metal, Ozzfesst. Lalu pada tahun 2001 berhasil menjual 6 juta copy untuk album "Toxicity". Kesuksesan SOAD tak bisa lepas dari polesan Daron yang menciptakan sebagian besar lagu-lagunya. Terutama dalam hal lirik lagu.

Nama Daron Malakian mulai diakui oleh penggila musik-musik Metal, terutama di kawasan LA. Bahkan beberapa waktu lalu ia menempati peringkat ke-4 dalam polling gitaris terbaik versi majalah Metal Edge Magazine. Hal tersebut memang masuk akal mengingat sulitnya musik-musik beraliran metal menembus angka penjualan yang fantastis. Terlebih lagi di Indonesia, mengusung distorsi tajam sangat kurang diminati di pasaran, namun album terbaru SOAD bahkan bisa bertengger di posisi pertama puncak tangga-tangga lagu di beberapa media.

Di album Toxicity, Daron menggunakan stem gitar drop D (turun 1 nada) kecuali senar 6 turun 2 nada. Mulai dari senar 1 sampai 6 urutannya : D,A,F,C,G,C. Tapi di album terbaru, ia memakai steman D#,A#,F#,C#,G#,C#.



Sudah tidak asing lagi tentang kabar keretekan band ini, namun Gitaris grup System Of A Down, Daron Malakian, membantah bahwa keretakan yang terjadi dalam tubuh band tersebut telah memaksa mereka 'break' dan mengatakan bahwa 'perbedaan yang kreatif'-lah yang membuat mereka menghadapi masa kevakuman.
Grup beraliran rock pelantun tembang Chop Suey! itu membantah spekulasi yang menyebut bahwa mereka kini tengah diambang perpecahan karena adanya konflik antar personil, dengan mengatakan bahwa masing-masing anggota hanya ingin berkonsentrasi pada 'proyek sampingan' yang dipunyai.
Daron mengatakan pada majalah musik Inggris, Kerrang, "Anda pasti paham bagaimana jika orang berpisah untuk sementara waktu karena memiliki perbedaan pendapat. Saya hanya ingin mengatakan bahwa dalam tubuh System tak ada kebencian. Perbedaan itu hal yang biasa dan bukannya jadi permusuhan."
"Saya mengenal pribadi Serj (Tankian - lead vocal) dan ia punya beberapa rencana yang ingin ia wujudkan. Dan hal itu tak bisa ia lakukan dalam System. Begitu juga dengan saya. Saya juga punya keinginan lain yang tentu saja tak bisa saya wujudkan dalam System," tandasnya.



Bookmark and Share