Rabu, 22 April 2009

Dream Theater

Dream Theater

Web site resmi: http://www.dreamtheater.net
Discography: When Dream and Day Unite (1989), Images and Words (1992), Another Day (1992), Live At The Marquee (1993), Lie (1994), The Silent Man (1994), Awake (1994), A Change Of Seasons (1995), Hollow Years (1997), Falling Into Infinity (1997), Once In A LIVEtime (1998), Scenes From A Memory (1999), Through Her Eyes (2000), Live Scenes From New York (2001), Six Degrees Of Inner Turbulence (2002), Train Of Thought (2003).


Dream Theater merupakan salah satu band progressive rock baru yang banyak pengemarnya di Indonesia. Terus terang, saya agak memperlambat (delaying) penulisan group ini karena entah kenapa saya hanya suka beberapa lagu dari Dream Theater. Lagu-lagu yang saya suka ternyata yang lembut-lembut yang berasal dari album “Images and Words” seperti “Wait for Sleep”. Lagu-lagu yang lain terlalu keras, terlalu cadas, bagi saya. Ini memang pendapat aneh dari orang yang kadang-kadang mendengarkan lagu dari Kiss (meski sekarang sudah jarang sekali). Betul, saya kurang menyukai lagu dimana (double?) bass drum digeber dan penyanyi yang teriak-teriak. Not a prety picture and definitely not the sound that my ears would like to hear. Tapi, buku classic / progressive rock tanpa Dream Theater sangat tidak kredibel. Maka, ini dia Dream Theater.
Images And Words
Ini adalah album Dream Theater yang pertama kali saya miliki. Lagu yang pertama kali saya sukai dari album ini adalah lagu “Another Day”. Lagu ini dimulai dengan piano dan kemudian diikuti dengan gitar yang merupakan ciri-ciri progressive rock.
Lagu kedua yang saya sukai dari album ini, dan kemudian justru menjadi lagu yang paling saya sukai dari Dream Theater, adalah lagu “Wait for Sleep”. Lagu ini didominasi oleh piano, keyboard, dan vokal. Superb! Jika Genesis punya “Firth of Fifth,” ini setara dengan itu meskipun lagu ini sangat pendek. Liriknya pun luar biasa, meskipun interpretasi saya kok aneh. Saya membayangkan dua orang yang tergeletak menatap ke jendela luar atau langit-langit (ceiling). Sang gadis membayangkan kematian atau sebuah tragedi yang masih dia pertanyakan; “and pictures the chain she’s been trying to link again”. Soalnya ada kata-kata “ashes” (dalam bayangan saya ini hasil kremasi) atau “wings up in heaven”. Entah dia baru atau akan ditinggalkan oleh seseorang, atau justru dia (atau malah mereka berdua) yang menginginkan kematian. Tapi akhirnya sang lelaki justru mendapat ketenangan dangan adanya gadis tersebut, “palm of her hand to my head. Now, and forever curled in my heart and the heart of the world.”
Saran Lagu
• Another day
• Wait for sleep

Tidak ada komentar:

Posting Komentar